Manajemen stress dan emosi dalam pengasuhan

Penulis : Ishar Hafid

tagarutama.com, Fakfak – Kalau ada yang bertanya, bagaimana rasanya mengasuh anak, saya mungkin akan menjawab campur aduk. Ada rasa bahagia, cemas, kecewa, sampai galau. Pokoknya, mengasuh anak bisa membuat emosi membludak dan bukan enggak mungkin bikin stres. Betul kan, ayah dan bunda?

Belajar dari webinar yang saya ikuti beberapa hari lalu bersama pakar parenting Bendri Jaisyurrahman membagi 3 Faktor yang memicu kondisi stress dalam pengasuhan anak yaitu Ketakutan, Gelisah dan Amarah dan Kesedihan tentang masa lalu.

1.Takut

Terkadang bagi orangtua ada ketakutan tersendiri saat melihat anaknya, misalnya berebut mainan, padahal hal seperti itu sudah biasa terjadi pada anak, tapi yang ditakutkan orangtua adalah, saat bermain akan timbul cekcok atau perkelahian dan sebagainya.

Menurut Psikolog Anak D’Arcy Lyness, ketakutan merupakan hal yang wajar dan bisa menimpa siapa saja. Bahkan rasa takut ini merupakan salah satu bentuk pertahanan diri alami terhadap hal-hal asing dan dianggap membahayakan.

Tapi ingat, walaupun ini merupakan hal yang normal, ketakutan yang tidak mendasar ini bukan hal yang harus dibiarkan, sebagai orangtua tugas kita adalah memupuk keberanian saat mengasuh Si Kecil dan buktikan jika apa yang ditakutkan bukan hal yang nyata atau membahayakan.

Untuk mengatasi hal tersebut yang sebaiknya dilakukan ketika kita mempunyai ketakutan adalah dengan tuangkan di dalam tulisan, tulis apapun yang dirasa takut dan hal-hal yg di khawatirkan, tulis juga harapan atau situasi positif yang diinginkan. Misal jika anak sedang menangis terus, kita ibaratkan dengan peluapan emosi atau kesedihannya.

2. Gelisah dan amarah.

Sering kali, bunda dan ayah mengungkapkan kemarahan pada anak ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh bunda dan ayah. Coba sempatkan sejenak dan berpikir, berapa kali dalam satu hari bunda atau ayah memarahi anak? Apakah sering atau justru sebaliknya?. Pasalnya, emosi memang sering menjadi cara untuk memberikan teguran pada anak, padahal kesalahan yang mereka lakukan sebenarnya tidak sebesar kemarahan yang dikeluarkan bunda dan ayah.

Disaat gelisah dan marah coba lakukanlah

1. touch skin.

Karna kulit adalah pintu gerbang agar membuat hati tenang. Maka jika gelisah dan marah sebaiknya peluklah atau tenangkan. Disini penting bagi kita untuk memiliki pasangan terutama mengingatkan pasangan untuk komitmen memberikan perhatian pada buah hati anda.

2. Lakukan juga manajemen waktu.

Amarah dan emosi bisa disebabkan oleh manajemen waktu yang tidak teratur, dan penting bagi kita untuk mengatur waktu agar emosi kita terkontrol juga tidak stress. Sebagian besar memang ibu rumah tangga yang biasanya stress dengan lelah nya kegiatan. Dan yang dibutuhkan adalah me time. Selain me time juga ada couple time yang bisa melibatkan pasangan kita, family time, bersantai bersama keluarga atau dengan pasangan.

3. Relaksasi juga bisa dilakukan.

Mau makan, minum semua itu tidak dibatasi selagi halal. Dan tidak apa-apa bersenang-senang. Tapi tentu saja tidak berlebihan.

4. Mandi

Jika wudhu bisa menghapuskan amarah kecil, maka mandi bisa menghapuskan amarah besar begitu juga dengan kegelisahan.

5. Perkuat amalan dan sholat.

Benteng yang kuat dan tangguh untuk menahan emosi seperti air bah dan itu awal dari kemarahan yang sering terjadi kepada pasangan dan anak. Benteng ini lah yg kita sebut dengan kesabaran. Kualitas sabar kita tergantung kualitas sholat kita. Orang yg sholatnya buru-buru biasanya gampang marah dan gelisah.

6. Dzikir.

Bukan lisan yang terucap tapi hati yang terkoneksi dengan Allah. Dzikir dengan khusyuk, maka in syaa Allah amarah dan gelisah akan berkurang atau bahkan menjadikan diri kita lebih tenang.

Baca juga: Kesehatan Mental Keluarga Sama Pentingnya Dengan Kesehatan Fisik

3. Kesedihan tentang masa lalu

Pola Asuh yang sering kita lakukan berdasarkan pengalaman masa lalu kita. Proses perkembangan yang kita lalui akan mempengaruhi pola asuh kita pada anak. Pola asuh yang salah bisa jadi membuat kesedihan yang memdalam hingga saat ini. Hal tersebut tentunya tidak boleh dibiarkan, apapun kesalahan yang dilakukan di masa lalu hendaknya jangan diturunkan kepada anak kita.

Terlebih lagi terkait impian di masa lalu. Bisa jadi Setiap orang tua memiliki impian untuk anak-anaknya. Bahkan, orang tua sudah memikirkan hal ini sejak anak masih di dalam kandungan. Mereka juga berharap anak-anak akan seperti mereka dan tentunya lebih pintar. Mereka mau menjadi pembimbing si kecil dan si kecil bisa menggunakan pengalaman orang tua dengan bijak.

Untuk mengubah kesedihan akibat pola asuh yang salah, Bendri Jaisyurrahman memberikan solusi yaitu :

1.Alihkan pemikiran stimulasi dengan bunyi-bunyian.

Menurut penelitian suara air dapat mengalihkan pemikiran yang sedang kalut.

2. Move on (bergerak secara fisik) atau berolahraga

3. Move up (sibuk dalam amal sholeh) contohnya sholat, puasa, membaca Al Qur’an atau ibadah lainnya.

4. Menulis kegiatan harian. Termasuk menulis setiap kejadian yang kita alami saat pengasuhan kita pada anak.

 

 


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar