Dirjen Bimas Islam: Anak-anak di Masjid Bukan Gangguan, Tapi Harapan Masa Depan

By Redaksi

tagarutama.com, Jakarta – Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam menggelar konferensi pers dalam rangka Kick Off Program Ngaji Fasholatan dan Peluncuran 1.000 Masjid Inklusif di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025). Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad, menyampaikan pesan penting mengenai peran anak-anak di masjid.

Menurut Abu Rokhmad, keberadaan anak-anak di masjid tidak seharusnya dianggap sebagai gangguan. Justru, kehadiran mereka perlu dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan spiritual sejak dini.

“Kami mengajak seluruh takmir masjid untuk lebih terbuka dan ramah terhadap anak-anak. Jangan lihat mereka sebagai pengganggu, tetapi sebagai generasi penerus yang sedang belajar mencintai rumah Allah,” ungkapnya.

Baca Juga : Komnas HAM Soroti Tambang Nikel di Raja Ampat, Diduga Langgar Hak atas Lingkungan

Ia menyadari bahwa anak-anak memiliki sifat alami yang aktif, bahkan terkadang menimbulkan suara riuh. Namun, hal tersebut menurutnya tidak bisa dijadikan alasan untuk menghalangi anak-anak datang ke masjid.

“Kalau pun anak-anak agak ribut atau aktif, itu lumrah. Mereka masih dalam proses belajar. Maka pendekatannya harus bijak dan penuh kasih,” tambah Abu Rokhmad.

Meski demikian, ia juga mengimbau kepada orang tua agar tetap menjaga suasana masjid agar tetap kondusif. Pendekatan edukatif kepada orang tua menjadi penting agar mereka turut mendampingi anak-anak saat beribadah.

“Kami tidak menyuruh untuk membiarkan semuanya. Tapi arahan baik kepada orang tua sangat diperlukan, agar mereka bisa menjaga ketenangan bersama,” jelasnya.

Program 1.000 Masjid Inklusif sendiri bertujuan untuk menjadikan masjid sebagai tempat yang ramah bagi semua kalangan, termasuk anak-anak, difabel, lansia, dan masyarakat marjinal lainnya. Hal ini sejalan dengan visi menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat yang terbuka, aman, dan mendidik.

Dengan pendekatan yang lebih ramah dan inklusif, diharapkan masjid tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga rumah pembelajaran dan pembinaan karakter umat sejak usia dini. (TU.01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *