tagarutama.com, Washington, D.C. – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan tengah merencanakan penutupan United States Agency for International Development (USAID), lembaga yang selama ini dikenal sebagai salah satu pilar bantuan luar negeri AS untuk negara-negara miskin dan berkembang, termasuk Indonesia. Langkah ini disebut-sebut akan mengakhiri berbagai program kemanusiaan di lebih dari 120 negara serta mengurangi secara signifikan jumlah tenaga kerja dan anggaran USAID.
Menurut sumber dalam pemerintahan, USAID rencananya akan digabungkan dengan Departemen Luar Negeri AS. Keputusan ini langsung memicu kekhawatiran di berbagai pihak, terutama komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan yang selama ini bergantung pada dana bantuan dari badan tersebut.
Keputusan ini dikabarkan mendapat dorongan kuat dari Elon Musk, miliarder sekaligus penasihat utama Trump. Musk dikenal kritis terhadap USAID dan beberapa kali melontarkan tudingan bahwa badan ini “sarang kaum Marxis kiri radikal yang membenci Amerika.” Ia bahkan pernah bersumpah akan berusaha menutup lembaga ini jika mendapat kesempatan.
“USAID telah lama menjadi alat politik bagi kepentingan yang bertentangan dengan rakyat Amerika,” ujar Musk dalam sebuah pernyataan di media sosialnya. “Sudah saatnya kita menghentikan pemborosan ini.”
Musk juga menuding USAID memiliki keterkaitan dengan Central Intelligence Agency (CIA) dalam mendanai penelitian senjata biologis, termasuk pengembangan COVID-19. Namun, klaim tersebut hingga kini belum pernah terbukti dan dianggap sebagai bagian dari teori konspirasi yang beredar di kalangan sayap kanan.
Pengumuman ini menimbulkan gejolak di Washington. Pada Selasa (4/2/2025), seluruh pegawai USAID, baik yang berada di AS maupun di luar negeri, diberi cuti administratif. Dalam pernyataan resmi di situs web USAID, cuti tersebut akan mulai berlaku pada Jumat (7/2) tepat sebelum tengah malam.
“Terima kasih atas pengabdian Anda,” demikian pernyataan singkat yang dikeluarkan USAID.
Para pegawai yang bertugas di luar negeri diminta kembali ke AS dan mengakhiri kontrak yang dianggap tidak esensial. Sejumlah negara mitra USAID, termasuk Indonesia, kini harus mencari alternatif pendanaan untuk berbagai proyek pembangunan dan bantuan kemanusiaan yang selama ini bergantung pada dana dari lembaga tersebut.
Kabar ini langsung mendapat kecaman dari Partai Demokrat dan komunitas hak asasi manusia. Para kritikus menilai keputusan ini sebagai langkah yang berisiko besar, mengingat USAID telah berperan penting dalam berbagai program kesehatan, pendidikan, dan tanggap darurat di banyak negara miskin.
“Ini bukan hanya soal kebijakan luar negeri, tetapi soal moralitas,” ujar Senator Demokrat Elizabeth Warren. “USAID telah menyelamatkan jutaan nyawa melalui program vaksinasinya, bantuan pangan, dan proyek kemanusiaan lainnya. Menutupnya adalah langkah gegabah yang akan merugikan banyak pihak.”
Keputusan ini juga dinilai sebagai bagian dari narasi politik yang telah lama berkembang di kalangan konservatif garis keras dan libertarian dalam Partai Republik. Mereka berpendapat bahwa AS telah terlalu banyak menghamburkan uang untuk kepentingan negara lain, sementara masih banyak permasalahan domestik yang belum terselesaikan.
Namun, secara finansial, anggaran USAID yang mencapai lebih dari US$40 miliar per tahun sebenarnya hanyalah bagian kecil dari total pengeluaran tahunan pemerintah AS yang hampir mencapai US$7 triliun.
“USAID bukanlah masalah keuangan, ini masalah ideologi,” kata seorang analis kebijakan luar negeri di Washington. “Kelompok sayap kanan melihatnya sebagai simbol intervensi global yang mereka tolak. Dan dengan dukungan kuat dari Musk, Trump akhirnya mengambil langkah ini.”
Dengan langkah berani ini, pemerintahan Trump sekali lagi menunjukkan pendekatan “America First” yang lebih fokus pada kepentingan domestik dibandingkan peran global AS. Namun, dengan dampak yang begitu luas, dunia kini menanti bagaimana keputusan ini akan memengaruhi hubungan diplomatik AS dengan negara-negara mitra serta stabilitas berbagai program kemanusiaan di seluruh dunia. (TU.01)